Oleh: fatkhurrohim | Januari 5, 2008

PUNCAK PASS RESORT SENI WARISAN “MENEER”

puncak-pass_1.jpg
Untuk menemukan lokasi Puncak Pass Hotel dan Resort amatlah mudah. Sebab puncak pass berada di tengah-tengah jalur lalu lintas Jakarta–Bandung. Bila diukur dengan jarak tempuh kendaraan, tidak lebih dari 100 km, baik dari Jakarta maupun Bandung. Puncak Pass Hotel dan Restoran merupakan salah satu bangunan tertua diantara villa-villa yang menjamur di kawasan Cianjur dan Cipanas.

Dan Puncak Pass adalah bangunan tua warisan budaya Belanda, yang mengandung nilai artistik tinggi. Salah satunya adalah, bangunan ini masih mempertahankan keberadaan kayu sebagai salah satu kesatuan utuh dari seluruh unit kamar dan restorannya yang ada. Bahkan hingga sekarang, beberapa garis tekstur kayu zaman Belanda itu, masih terlihat jelas nilai artistiknya.

Sebelum menjadi nama Puncak Pass, pada tahun 1928, Resort tertua di kawasan dingin Cianjur-Cipanas ini bernama Wapen Van Zeeland. Dan meneer Colijn (baca:kolen) adalah sang pemilik resort ini. Kemudian pada tanggal 2 Juli 1973, Wapen Van Zeeland telah berganti kepemilikan dan berubah nama menjadi Puncak Pass. Meski telah berganti kepemilikan, dan beberapa kali renovasi serta penambahan fasilitas, bahan baku utama kayu terus dilestarikan.

Hal ini dilakukan untuk menjaga warisan budaya yang telah menjadi ciri khas dari Puncak Pass. Yoen Wachyu, General Manager Puncak Pass menuturkan, konsep rumah pegunungan di Eropa materialnya adalah kayu. Dan kayu, didalamya tersimpan nilai artistik yang tinggi. Selain itu, kayu pun dapat memberikan nuansa mewah yang tidak dimiliki oleh material lain.

Kayu Nuansa Artistik

puncak-pass_4.jpgDiantara garis-garis kayu yang masih memperlihatkan keindahan itu diantaranya terletak pada ruang lobby atau restoran Waringin. Pertama kali menapakan kaki di ruang lobby, Anda akan langsung duduk di furniture kuno yang asli warisan restoran Wapen Van Zeeland. Furniture sederhana ini menggunakan kayu jati semasa tuan meneer Colijn masih ada. Guratan garis dari jenis kayu termahal di ranah furniture ini masih sangat jelas sekali, begitupun dengan warna asli khas jati kuno tersebut.

Masih di lobby restoran puncak pass, coba tengadahkan kepala Anda keatas, disana terdapat tiga buah lampu gantung dari kayu jati dan meranti lengkap dengan ukirannya. Satu diantara tiga lampu gantung tersebut, yang menggunakan kayu jati adalah diukir oleh tangan terampil semasa “mener Colijn” masih mengelola Wapen Van Zeeland. Sedangkan dua diantaranya adalah ukiran yang dibuat setelah Wapen Van Zeeland berubah nama menjadi Puncak Pass. Dan ketiga pasang lampu gantung berukir itu semuanya berwarna hitam.

Meskipun sama bentuk dan warnanya, namun terdapat celah pembeda yang terletak di garis teknik ukiran. Puncak Pass pun memiliki perbedaan dengan vila-vila atau resort lain dalam hal penggunaan ubin. Ketika villa lain menggunakan ubin dengan keramik atau marmer, Puncak Pass menggunakan kayu.

Bukannya sekedar asal tempel untuk memilih ubin yang dipasang pada lobby Waringin dan Cemara. Ubin dari kayu selain memberi kesan antik, juga tersimpan rahasia alam yang jarang diketahui orang. Menurut Haryono sales eksekutif Puncak Pass mengungkapkan, kayu itu dapat memberikan rasa hangat dan mampu menyerap hawa dingin, ketika kabut itu datang. Berbeda dengan ubin dari keramik maupun marmer yang justru menambah rasa dingin.

Dolken dan Fire Flash

Masih banyak lagi ornamen kayu yang menarik dari Puncak Pass semasa peninggalan meneer Culijn dan tidak semua villa di puncak memiliki keunikan seperti Dolken dan fire flash. Dolken dalam bahasa Belanda berarti kayu gelondongan, dan fire flash adalah perapian untuk penghangat ruangan.

Setelah di lobby, coba Anda turun ke bawah, atau tepatnya di ruang restoran Cemara, pilihlah tangga paling kiri, disana Anda akan menemukan gambaran tentang Dolken dan fire flash. Dolken yang berada di tangga sebelah kiri ini, berasal dari kayu jati dan meranti. Disampingnya, ada terdapat sebuah fire flash menjulang tinggi yang menjadi nilai keindahan pada ruang restoran Cemara.

Fire flash di ruang Utama restoran ini, biasanya digunakan oleh visitor menjelang tiap bulan Oktober sampai Desember. Sebab pada bulan ini kabut mulai turun secara inten di Puncak Pass hingga menyapu sebagian ruangan restoran ini. Suhu dari kabut yang turun pada bulan itu mencapai titik klimak antara 17-180C. Dan fire flash ini, dapat ditemukan disemua bunga low dan hotel yang ada di Puncak Pass.

puncak-pass_2.jpgKembali ke ruang restoran Cemara, ruang restoran ini terbilang paling besar, paling artistik dan viewnya paling menarik diantara ruang restoran yang lain. Pasalnya, banyak benda seni dan kerajinan yang terdisplay disini. Dari yang menggunakan bahan baku kayu, hingga bingkai apik yang menghiasi tiang penyangga ruangan ditiap sudutnya..

Dulunya beberapa tiang penyangga yang ada dipinggir, tengah dan sudut masih kosong dan belum terisi apa pun. Yoen Wachyu yang memiliki naluri seni, mengisi space kosong tersebut dengan batik yang telah dibingkainya dengan kayu. Hasil kreasinya ini, menambahkan aroma artistik di ruang ini begitu kental. “Batik yang didatangkan oleh pak Yoen, sangat beragam. Mulai gaya Mataraman, Solo dan Ciamis,” terang Haryono.

Begitu banyak kisah yang mengiringi material kayu pada bangunan vila dan resort ini, semenjak meneer Colijn mendirikan Wapen Van Zeeland hingga berubah menjadi nama Puncak Pass.

Siapkan waktu luang Anda untuk mengunjungi Puncak Pass, dengan konsep bangunan arsitektur warisan Meneer, yang menonjolkan nilai artistik interiornya pada sebuah kayu.


Tinggalkan komentar

Kategori